When I see Google today ...

July 09, 2014


Oh My God, it's Presidential Election 2014 !

Sedikit kaget juga karena hari ini Google ikut merayakan PEMILU Presiden Indonesia 2014. Seneng banget karena dunia ikut berpartisipasi dalam meriahnya pesta demokrasi ini. Berbeda dengan 5 tahun lalu yang kayaknya lempeng-lempeng aja, pemilu tahun ini rame banget. Kebangetan malah. It's okay to be bold, to be fanatic, to be courage, as long as you have respectful and responsibility of what you're doing.

Pemilu tahun ini mengundang banyak perhatian. Yang awalnya apatis sama politik, sekarang jadi nggak pernah ketinggalan untuk lihat debat capres. Yang awalnya nggak tau sama sekali soal tokoh politik, sekarang sukanya kepo-kepo capres. Kondisi yang seperti ini sebenernya nyenengin banget loh. Untuk negara yang menganut demokrasi, partisipasi rakyat yang super antusias itu bagus banget. Sudah banyak yang mau repot-repot peduli mengkritisi politik tanpa perlu dibayar harta atau tahta. Anggap saja semuanya ikhlas pake hati untuk membangun negeri sendiri. Hebat.

Dua orang akhirnya terpilih menjadi Calon Presiden RI, Pak Prabowo yang terlihat tegas, gagah, dan kuat. Sedangkan Pak Jokowi lebih terlihat sederhana, merakyat, dan kalem. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, bukannya manusia paling sempurna se-Indonesia Raya. Mungkin saja bukan yang terbaik, tapi pasti lebih baik dari yang lainnya. Mereka dipilih jadi Calon Presiden kan juga bukan karena iseng, pasti ada pertimbangannya kan.

Tapi kenapa ramenya Pemilu tahun ini cenderung rame negatif ya?

Nggak usah terlalu membahas masalah itu lagi sih sebenernya. Sekarang yang namanya negative campaign, black campaign, dan blablabla itu sudah nggak jamannya lagi. Dari pada cari-cari kekurangan lawan, mending fokus ke kelebihan sendiri, ya kan? Jangan menjudge orang lain melakukan kampanye yang jelek atau pun fanatik sempit, tapi coba tanyakan ke diri sendiri dulu--apakah kita cukup bijak untuk menjadi pemilih yang baik?--.

Bicara media-media yang sudah terlihat tidak netral, kita nggak bisa berbuat apa-apa. Mengubah mereka juga nggak mungkin. Jangankan kita, orang-orang yang kerja disana pun hanya bisa bekerja, dan tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah jadi tuntutan untuk memberitakan begini dan begitu. Tapi bukan berarti kita bisa diperalat media dengan mudah. Jadilah orang yang kritis, aktif, dan cerdas dalam memilih. Kalo beritanya cenderung negatif dan agak alay, kita harus bisa lebih bijak menerima informasi, coba cek kebenaran beritanya. Cari-cari sumber dan referensi yang lain, jangan langsung percaya. Hari gini sih informasi gampang banget didapetin, cuma diragukan kebenarannya. Kita sebagai penerima informasilah yang harus selektif mengolah informasi.

Jadi bagaimana pun kondisi Pemilunya, sekacau apapun pemberitaan di media, apapun pilihan kalian, yuk jadi pemilih yang cerdas. Dan yang paling penting sesuai dengan hati masing-masing. Aku yakin, mungkin diluar sana ada seorang simpatisan Pak Jokowi yang ternyata diam-diam memilih Pak Prabowo, pun sebaliknya. Siapa pun yang nantinya terpilih, insha Allah itu yang terbaik. Yakin banget kedua kandidat itu bukan orang sembarangan dan memang orang yang pantas diestafeti kepemimpinan Bapak SBY. Apapun hasilnya, jangan sampai memecah-belah poin Pancasila nomer tiga, Persatuan Indonesia.

#YukCerdasMemilih

You Might Also Like

0 comments