Bukan Basa Basi

September 19, 2014

Perpisahan ya?
Kita sama-sama tau, cepat atau lambat hari itu akan datang juga.
Tiga tahun saja, tak kurang, tak lebih.

Tak usahlah kamu tangisi tiap detik yang diam-diam kamu putar terus dalam memori. Itu cuma emosi sesaat saja, yang nantinya tau-tau kamu akan lupa. Tampar saja aku jika aku mengataimu seorang perengek, iya itu benar, kamu perengek. Kamu hanya sedang berdiri dalam batas usai tak usai yang sedang kamu dramatisasi. Mencoba membuta, menuli, dan mematirasakan kenyataan kalo nyatanya sudah saatnya kamu berjuang sendiri. Tanpa wajah itu, pelukan itu, atau semangat itu lagi.

Foto-foto, semua video, coretan tangan, atau apapun yang kamu punya saat ini nantinya hanya sekedar memenuhi memori digitalmu, selebihnya hanya akan berserakan di lemari penyimpanan atau sudut-sudut kamar tempatmu menangisi itu, dulu. Beribu ucapan haru senang telah mengenalmu nantinya juga akan menguap menjadi angin lalu. Air mata yang terlanjur berceceran pun, toh lama-lama mengering juga. Katakan padaku bahwa apa yang sedang kamu yakini sekarang ini tak lebih dari sekedar basa basi.

Lalu kemudian kamu mulai kacau. Tak tau cara bergerak ke depan, pun tak bisa kembali ke belakang. Tak ada lagi yang dengan gratis membagi asa denganmu. Tak ada lagi yang repot-repot menanyai keadaanmu. Dan tak akan ada lagi pelukan yang meyakinkanmu bahwa semua akan baik-baik saja. Kamu mulai terisngkir, digusur habis oleh kepentingan yang lain. Diam-diam kamu menangis, mati-matian tak rela kamu telah terganti.

Kamu sadar betul. Semua gelak tawa diantara kopi dan angkringan kini terasa terlalu berharga dibanding dengan semua nominal uang yang kamu punya. Bahwa semua tangis, amarah, dan kecewa yang tak termaafkan justru kini kamu syukuri karena telah mendewasakan. Kamu akan melayangkan dirimu pada tahun-tahun dimana pukul enam belas tak akan pernah sesepi sekarang. Meski kamu lelah dengan tugas, deadline, rapat, dan laporan tapi toh kamu rela menukar hari-hari santaimu sekarang untuk kembali ke waktu itu, dimana yang kamu takuti hanya satu : IP dibawah tiga koma nol atau ancaman DO setelah SP tiga.

Kemudian kamu mulai rindu pesan singkat komtingmu tentang ini itu, yang dulu tak pernah kamu balas bahkan jarang kamu baca. Mungkin mulai sekarang kamu akan menanti namanya muncul diponselmu, berharap dia menyuruhmu untuk melakukan apapun yang membuatmu kembali ke tempat itu, kampusmu. Atau diam-diam kamu ingin hadir mencerca konsep dalam flooring hingga jam tiga pagi yang dulu dengan sengaja kamu hindari. Dan kamu akan menyesali hari - hari yang kamu habiskan untuk menyendiri; harusnya kamu habiskan bersama mereka, yang sekarang hanya bisa kamu awetkan dalam pigora kaca.

Sungguh kamu teramat rindu, seringnya jadi ngilu. Kamu rindu harus terjaga hingga pagi buta demi mengerjakan tugas-tugas yang kamu kira tak akan pernah ada habisnya. Kamu rindu punya jadwal coffee break di tengah malam, di pinggiran kota sederhana tapi selalu menenangkan. Kamu rindu tidur di atas jam lima pagi, dan selalu kesiangan untuk kuliah pagi. Kamu rindu obrolan nggak jelas soal mimpi yang selalu mebuatmu yakin bahwa tak ada yang tak bisa diraih. Kamu rindu dipukpuk, kamu rindu dimanja, kamu rindu dibutuhkan. Iya, kamu masih saja merindu.

Lalu kamu mulai gusar menanyai kabar si ini dan si itu, mengomentari postingan baru, berceloteh di grup hanya untuk mengobati kesendirianmu. Karena jelas kamu mulai merasa kesepian. Sedangkan mereka yang mulai bergerak ke depan, mulai pula hilang. Satu. Satu. Satu. Hingga tinggal kamu sendirian yang terus menjaga kenangan jika tak memaksa diri untuk berjuang. Kamu tau, tidak adil hidup dalam masa lalu.


Tak usahlah kamu tangisi tiap detik yang diam-diam kamu putar terus dalam memori ...


Satu hal yang kamu yakini dalam-dalam : mereka tak pernah meninggalkan. Sejauh apapun raganya berada kelak, kamu percaya bahwa jiwanya tengah bersuka ria, melebur suka duka bersamamu, ketika kalian akhirnya mengabar kejayaan masing-masing. Maka berlinanglah sekali lagi air matamu, karena sakit yang selama ini meradang kini jadi terlalu manis untuk disesap sendiri. Nyatanya tangan mereka masih bisa menjabat, pundak mereka masih selalu bisa dipinjam, dan hati mereka masih saja jadi milikmu.

Karena tak perlu satu detik dibekukan untuk bersama mereka selamanya, jauh dalam hatimu engkau tau, mereka tersimpan rapi bertransfigurasi jadi semangat diri.

Selamat berjuang, MMB 2011 ! :)



You Might Also Like

3 comments