Jalanan di antara Yangon dan Bagan

June 07, 2017

The sky above us was reddish as the sun downed
People were passing by on the street;
and this city was still busy


Jalanan dari Bagan ke Yangon di hari kami mengejar penerbangan ke Bangkok

Setelah seharian di Yangon, malam harinya kami berencana melintasi jalanan kota-kota di Myanmar untuk menuju Bagan. Kami memilih berkendara dengan JJ Express Bus yang memakan waktu sekitar 8 jam perjalanan. Busnya besar sekali, kursinya cukup lebar dan nyaman untuk tidur selama perjalanan (thanks God kami belum tidur nyeyak semenjak tiba di KLIA!). Kami tiba di kawasan Aung Mingalar Highway Bus Station sekitar pukul 6 petang, saat Yangon masih terik dan jalanan masih cukup sibuk. Terminal bus disini berbeda jauh dari yang ada di Indonesia. Kawasan ini berisi deretan ruko yang berfungsi sebagai shelter berbagai operator bus. Kami memilih menggunakan jasa JJ Express Bus yang menawarkan fasilitas eksekutif. Di shelter kami bisa mengambil kopi sesuka hati dan mengakses wi-fi gratis (finally!), setelah seharian smartphone kami hanya kami gunakan untuk foto-foto. Sedangkan saat di dalam bus, kami mendapatkan makanan kecil, air mineral, soft drink, serta selimut yang cukup nyaman. Penjelasan lengkap soal JJ Express Bus dan dilema kami saat itu bisa dibaca di tulisan Mas Ndup yang ini (keep attach Mas Ndup's blog, LOL!).

Sore itu, matahari di atas Yangon berwarna terlalu merah sehingga langit kota ini tampak sendu dengan pendar merah saat senja tiba. Kami masih punya waktu sekitar 2 jam sebelum bus diberangkatkan jam 8 malam tepat. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar shelter bus sambil membeli makanan ringan apapun yang tampak halal dan bisa kami makan (berbekal bismillah). Kawasan ini cukup ramai oleh lalu lintas kendaraan yang mengantarkan penumpang lintas provinsi, sehingga jalanannya sangat carut-marut dan berdebu. Lengkap juga dengan hiruk-pikuk orang-orang Yangon yang berbicara bahasa Burma dengan dialek yang cukup lantang.

Hampir sama dengan di Indonesia, bus-bus di Myanmar juga berhenti di restoran (atau lebih tepatnya foodcourt) di tengah perjalanan. Malam itu, kami yang sudah cukup lelap terpaksa bangun saat seorang pramugari dengan bahasa Inggris yang pas-pasan dan sangat kurang jelas (body language is really needed here!) mengarahkan penumpang untuk turun dari bus. Percayalah, awalnya tidak ada satu penumpang pun yang paham maksudnya sehingga ia harus menjelaskannya pelan-pelan ke seorang turis kaukasia yang duduk paling dekat dari tempatnya berdiri. Turis itu akhirnya mengangguk dan berkata pada seluruh penumpang "We need to go outside because this bus will stop for one hour ahead" (yaelah!).

Jalanan menuju kota Bagan sangat gelap dengan siluet pepohonan yang tegas disorot lampu bus. Aku terjaga memandangi jalanan di balik kaca bus, sekitar satu jam sebelum kami mencapai perbatasan Bagan. Cakrawala masih saja berwarna biru kelam saat kami tiba di Bagan Shwe Pyi Highway Bus Station, jam digital di bus menunjukkan pukul 04.30 pagi. Kami segera turun dan menukar label penitipan barang dengan carier bag kami. Aku masih setengah sadar ketika belasan laki-laki paruh baya dengan kemampuan bahasa Inggris yang lumayan oke mengerubungi penumpang yang baru saja turun dari bus. Well, ternyata mereka menawarkan jasa sewa mobil sekaligus driver untuk seharian berkelana di kota Bagan. Tentu saja backpacker seperti kami memilih jasa dengan harga yang relatif murah setelah tawar menawar terjadi.

Setelah melintasi perbatasan kota Bagan, Bapak driver mengantarkan kami ke salah satu pagoda bernama Buledi Pagoda. Kami tiba disana saat pagoda ini masih sunyi dan jalanan masih gelap. Kami memanjat hati-hati anak tangga pagoda ini untuk mencapai atap pagoda. Bapak driver bilang pagoda ini adalah spot terbaik dan tak terlalu ramai (tapi bagiku cukup ramai) untuk melihat matahari terbit di atas Old Bagan. Yep, salah satu tujuan kami pergi ke kota ini adalah untuk mendapatkan pemandangan kota Bagan yang di hiasi oleh puluhan balon udara yang mengangkasa di pagi hari. And yes, it does left me speechless ...





#ForYourInformation
- Jangan pernah sedikit pun terlintas untuk serba dadakan berpindah dari satu kawasan ke kawasan lainnya karena traffic jam di Yangon cukup parah dan tidak terprediksi di jam-jam tertentu
- Harga 1 tiket bus Yangon - Bagan sekitar 23.000 Kyats (± IDR 230.000) untuk eksekutif bus seperti JJ Express Bus, sedangkan untuk kelas bisnis sekitar 13.000 Kyats (± IDR 130.000) seperti Shwe Mandalar Bus
- Di perbatasan kota Bagan, biasanya turis asing akan dikenakan fee enterance sebesar 20 USD (lucky us we didn't have to pay bcs our driver knew the other shortcut!)
- Kami menyewa sebuah van berisi 7 kursi penumpang  untuk seharian berkeliling Bagan dengan tarif sekitar 100.000 Kyats (± IDR 1.000.000)
- Balon udara yang terbang di atas Bagan hanya beroperasi di bulan Oktober hingga Maret, harga yang harus dibayar untuk menikmati Old Bagan dari angkasa selama 30-45 menit adalah sekitar USD 380
- Sebagian pagoda-pagoda di Bagan masih digunakan sebagai tempat ibadah, jadi keep respect yaaa

XOXO,
Rofaramadhani

You Might Also Like

2 comments

  1. Well writtten. Akhirnya blog uchik kembali eksis lagi :D

    Jangan lupa cek Tips Liburan Musim Dingin Hemat ke Jepang biar ntar keturutan main kesana juga :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huahahahahaaa makasih Mas Pan! Duh dasar blogger sejati ya kalo komen tetep ninggal jejak wkwkwk. Aminaminamin besok-besok keturutan maen ke Jepang mas!

      Delete