#2015BiggestLesson

January 02, 2016


*Alert: postingan ini mengandung curhat berlebihan tentang satu tahun lepas dari dunia pendidikan*



The first thing that cross in my mind is ‘Thanks God, I’m survived!’

Pernah nggak sih ngerasa kalo kamu adalah the most dumbass person yang nggak bisa dikasih tanggung jawab apapun? Atau ngerasa super insecure karena kamu nggak punya keahlian apa-apa dibanding temenmu yang lainnya? That kind of feeling hits me a year ago. Nggak cuma ketika lulus dari kuliah diploma aja sih sebenernya, pertanyaan semacam ‘abis ini mau ngapain?’ atau ‘plan kedepannya gimana?’ udah mulai menghantu semenjak masuk di awal perkuliahan semester satu. Why? Because I’m the one who good in theorictical but less in practical sedari dulu. Begitu mudahnya cari nilai A tapi nggak bisa diajakin kerjasama ngerjain proyekan itu sesuatu yang ‘yaelah moment’ banget ketika kamu memilih belajar di sekolah vokasi.

Dan ketakutan itu semakin menyata ketika sukses besar melepas gelar mahasiswa diploma tanggal 21 Spetember tahun 2014. Bahagia? Iya. Terharu? Iya. But mostly the euforia can’t hide all the things that I’m afraid of. Apalagi ngeliat temen-temen yang udah pada diterima kerja duluan. Rasanya antara turut berbahagia dan sedih nyampur jadi satu. Jadi fresh graduate itu nggak gampang, apalagi yang belum punya pengalaman kerja kayak aku.

Part yang lebih bikin sedih adalah ketika justru diri kamu sendiri yang nggak yakin sama kemampuanmu sendiri. It’s the most pathetic scene tho. It happens to me. Lemme tell you how insecure I am. Jadi orang extrovert yang saat kuliah aktif di organisasi, aktif di lingkungan pertemanan, dilabeli ‘hits’ cuma karena kamu kenal si ini dan si itu yang juga ‘hits’, dan terkategori sebagai orang yang vocal justru seringnya bikin kamu malah tertekan. I REALLY MEAN IT! Saat kamu keluar dari kursi aman bernama ‘pendidikan’ kamu seperti memasuki tahapan baru yang dimulai dari nol dan orang-orang akan mulai menyorot ‘what is she gonna do now?’ seperti biasanya. Yep! Scene ini kayaknya cuma ada di otakmu tapi kamu bener-bener yakin bahwa yes, people trying to judge youAnd it’s currently the most hard part of my life. Prespektif ini sebenernya bisa memunculkan dua kemungkinan aksi yang bakal dijalanin. Satu, terjebak di ke-insecurities-an dan hidup dalam berandai-andai. Dua, you gonna break a leg and show to them that you can do something.

Well, I choose the second option. *dengan terseok-seok dan penuh drama sok tegar*

Being a fresh graduate make you in the bottom list of job hunter (bener atau enggak, sayangnya itu yang tertancap kuat-kuat di otak). Segala macam broadcastan dan info soal job fair are totally a bullshit kalo menyadari bahwa kamu lulusan diploma Multimedia Broadcasting yang berharap punya posisi di industri kreatif, karena hampir sebagian besar perusahaan industri kreatif nggak akan cari karyawan lewat job fair. Dan aku pernah terjebak di keadaan mencari-pekerjaan-di-jobfair selama dua bulan lamanya, sebelum menyadari kalo it’s totally waste my time.

Sampe akhirnya aku berhenti di satu titik dan mencoba memahami situasi dengan membuka mata lebar-lebar tentang apa yang nyata sekarang. So being a freshgrad is not only a curse but also a blessing, karena sesungguhnya kamu bisa melakukan apa aja yang kamu inginkan (asalkan kamu berani, asalkan kupingmu nggak panas kena nyinyiran orang). It’s okay to slow down for a while and thinking what you gonna do. Akhirnya aku memutuskan untuk membuat wishlist. Yap, a wishlist di akhir tahun 2014.

Here’s my wishlist (asli bukan resolusi!)
1.       Tetep aktif di komunitas sosial
2.       Ngerasain kerja di majalah
3.       Bergabung dengan Jawa Pos Group
4.       Lanjut sekolah lagi demi sarjana
5.       Business trip to somewhere
6.       Mencoba peruntungan mengejar dollar (?)

And guess what? Thanks God, I made it all!

Satu tahun rasanya waktu yang sangat sangat sangat cepat untuk merasakan semuanya sekalian. Diperbolehkan bergabung dengan PadMagz pada November 2014 sekaligus merasakan bussiness trip ke Lombok di April 2015 sungguh pengalaman yang nggak bisa disepelekan. Meski nyatanya PadMagz bukan majalah besar sekelas GoGirl! yang lama aku idamkan, tapi justru dari PadMagz aku dapet ilmu banyaaaaak banget soal majalah baik dari sisi redaksi maupun manajemen. Desember 2014, aku masih dikasih kesempatan untuk bergabung dengan salah satu komunitas sosial yang membantu rehabilitasi Gang Dolly. Selama di PadMagz aku juga mencoba peruntungan mengejar dollar (seperti yang selalu disarankan Mas Pandu) dengan cara freelance jual keahlian gambar abal-abal yang alhamdulillah hasilnya bisa dibuat beli senjata baru buat gambar. Kemudian pada Mei 2015, hasil dari bolak-balik kirim CV ke DBL Indonesia berbuah satu kursi di divisi Public Media Relation. Meski cuma empat bulan bergabung (yaelah chik, kayak anak magang) dan mau nggak mau dapet amanah megang DBL Surabaya, bisa dibilang that was the most both grateful and terrific part of 2015. Well, akhirnya aku merasakan gimana rasanya di kader ala ala Jawa Pos Group. Akhir Agustus 2015 aku diterima sebagai salah satu mahasiswa Program Transfer Sarjana Ilmu Komunikasi UNS *speechless* *sujud syukur* *2015 most galau moment* yang berhasil bikin aku bolak balik Surabaya-Solo tiga kali dalam dua minggu.

Bagian terbaik adalah bertemu dengan banyak orang yang hingga detik ini masih ngasih perubahan yang positif di hidupku. Yang ngajarin banyak hal yang sebelumnya nggak pernah aku tahu. Yang menawarkan kepercayaan ke aku untuk melakukan jobdes penting. Yang membuka mata kalo dunia ini teramat luas, teramat banyak yang bisa dipelajari, dan masing-masing dari kita berhak untuk terus belajar dan mengembangkan diri bahkan di umur yang nggak muda lagi.

Satu hal yang aku sadari saat ini, semua hal ini nggak pernah bisa dibilang ‘keren’ atau ‘sukses’ atau ‘wow’ kalo dibandingin dengan pencapaian-pencapaian temen-temen kuliah yang notabene udah kerja di perusahaan besar dan punya penghasilan dua sampe tiga kali lebih banyak dari aku. But at least I do it with my own way. Ignoring what society says and keep looking forward may be the most difficult part. Setidaknya meskipun nggak keren, hal-hal tersebut tetep ngasih pembelajaran dan pendewasaan sampe sekarang aku jadi the 2016 version of me. Bolak-balik merutuki diri sendiri karena nggak kunjung dapet pekerjaan yang keren atau merasa nggak bisa ngelakuin hal apapun adalah tindakan terbodoh sedunia akhirat yang aku lakukan. Nggak ada yang bisa mengunderestimate seseorang; tidak dirinya sendiri, tidak juga orang lain.

Selain itu belajar ikhlas adalah satu hal yang aku syukuri bisa aku diskusikan sama Mas Pandu yang selalu bilang ‘dilakoni wae’ di saat aku udah mencak-mencak senewen ketika aku nggak bisa dapet apa yang aku inginkan. Kalimat ‘tersesat di jalan yang benar’ akhir-akhir ini juga terus menggantung di depan mata seperti semboyan yang akhirnya makin menyata. Mungkin aku nggak akan pernah punya 6 wishlist absurd yang sekarang sangat aku syukuri kalo dulu aku ngotot jadi dokter gigi atau akhirnya nyerah kuliah MMB di tengah jalan. Hal-hal yang dulu rasanya berantakan, dikerjakan terpaksa, atau nggak kita sukai mungkin akhirnya akan menuntun kita ke jalan sesat yang malah lebih indah dari yang kita cita-citakan.

Well, 2015 merupakan tahun penuh krisis yang akhirnya malah paling membekas. Semacam kenangan, yang luka malah yang makin kerasa *tsah*. Banyak hal yang menekan namun justru pada akhirnya paling mendewasakan. Sesungguhnya dalam hidup ini, ada hal-hal yang perlu kita lakukan dan perjuangkan sebaik-baiknya. Tahun 2015 ala aku menarik kesimpulan bahwa all we have to do is believe that possibility is infinity. Nggak ada hal terbaik yang bisa dilakukan selain terus belajar, berusaha, dan bersyukur.

Cerita ini ditulis sebagai refleksi dan berbagi pengalaman selama tahun 2015

You Might Also Like

14 comments

  1. let see, whats next

    Kadang emang ada saatnya apa yang kamu sukai hanya perlu dijalani, enggak perlu ribet mikirin ini itu. Pada saat yang tepat, simsalabim kamu akan mendapat banyak sekali bantuan dari beragam hal yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya. Enggak perlu bingung mikirin macem-macem, cukup niat, kemauan dan aksi, biarlah yang lain diurus oleh tangan yang tak tampak.

    Dikutip dari panduaji.net :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anjiiiir tetep aja promosi blog hahaha, tulisanmu juga menginspirasi mas :D
      Yes, can't wait to see the next! Semoga bisa tetep survive! On my way~

      Delete
  2. Yaelah, kayak anak magang aja :)) Part itu luwcu pol mbak. Baru aja ketemu lagi setelah sekian lama sejak bangku SMA ya :' Eh, udah langsung hilang aja. Baca postinganmu ini bikin aku makin mikir mau kerja apa nanti (udah lama se mikirnya, tapi makin kepikiran). Apply intern dulu aja mbak di GoGirl. Kayaknya mereka buka deh. Atau kalo mau coba Nylon? Nanti kalo km sudah stay di sana, aku tak nyusul. Lumayan kan udah ada kenalan di Jakarte *kedoktersembunyi* Sukses terus ya mbak, apapun yang kamu kerjakan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya padahal aku belum lama main sama kamu di deteksi, belum sempet rumpi rumpi gitu ya Rat hiks :( I ever tried to apply intern di Gogirl! tp sepertinya belum rejeki (apa rejeki kuliah dulu ya wkwkwk) Kalo kamu mau kerja di majalah genre begituan ayok kita berjuang bareeeeng :')

      Delete
  3. Seru mbak bacanya hehe
    Semangat terus yoo mbak meskipun ada yg nyinyirin ngomong sak enak udele dewe tentang kita, cukup tarik nafas dan senyumin aja mbak, waktu bakal ngejawab semuanya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aduuuuh Imama, satu dari sekian cewek optimis dan independen yang kutemui dalam hidup! Yes Im setuju, bismillah apa yang diperjuangkan sekarang selalu menuai hasil someday, someday :D

      Delete
  4. sukses ya cik.. buat kuliahnya
    ((duh jadi pengen kuliah lagi))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih mbak Adeeee :* Kuliaho lagi mbak, tapi yang jauh kayak Mas Satria biar pemakanjalan.blogspot.com isinya mendunia *azeeeeg*

      Delete
  5. Aku mbrebes mili selama baca ini :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku lebih mbrebes mili kalo baca postinganmu Rav, ada ya orang yang setulus itu :')

      Delete
  6. cik aku baca ini jadi baper hiks :'

    ReplyDelete
    Replies
    1. Uwopo iki atek baper barang Wek hahaha, ojok baper~~~ Kita berjuang bersama!

      Delete
  7. mbak, satu kalimat aja: I FEEL YOU. nggak boong. AAAAAA ngerasa related banget coba sama ceritanya mb Uchik ini :")

    ReplyDelete
    Replies
    1. Feel the same insecure ya Nin? Dan menyadari kalo apapun yang kamu lakuin, well people will judge you anyway, semangat Nindy! :*

      Delete