Dear, Mbak Nita (another Mbak Hana in life)
Ketika detik ini menggantung, kamu masih berusaha untuk jadi seseorang? Masih berusaha cari-cari jati diri yang hilang? Masih nggak tau apa yang kamu inginkan? Atau masih berusaha mempertahankan harapan-harapan yg bagimu semuanya bisa dilambungkan dengan mudah?
Hidup ini indah, Beib. Cuma kamu yang bisa ngomong kayak gitu meski tangis udah nggak bisa lagi dibendung. Kamu masih bisa aja cekikikan hahaha hihihi, pas yang lain rasanya udah mau nyerah. Selalu aja ada 'ikhlas' yang kamu imani dan amini dalam doa serta pengharapan yg diulang-ulang sendiri. Bagaimana bisa kamu tetep pasang wajah bahagia saat hatimu sudah luka-luka? Ah, kamu emang paling pintar main sandiwara.
Kamu perempuan paling juara. Sudah kayak emak-emak yang bisanya mengelus dada sembari berdoa ketika dirinya teraniaya. Kamu yang paling berani, berkorban ini itu seperti patriot sejati, meski diam-diam mungkin kamu lebih sering menangis. Kamu selalu bisa dibilang tangguh. Melakukan semuanya di atas kata indepensi, antara bisa sendiri atau nggak mau ngerepotin orang lain. Kamu orang egois, yang cuma bisa menyodorkan kebahagian tanpa embel-embel kemungkinan sakit hati. Kalo sedih pasti kamu ngadunya cuma sama Tuhan, di malam-malam larut ketika orang memilih tidur pulas, malammu malah selalu dipenuhi dengan renungan. Lagi-lagi kamu sendiri.
Bukannya Jessie J bilang kalo 'it's okay not to be okay', tapi sepertinya kesedihan sudah kamu buang jauh-jauh entah dimana. Mungkin di kamusmu alpha kata derita, adanya pembelajaran yg tak selalu manis dirasa. Ih, kamu terbuat dari apa sih? Bukankah kita manusia sama rata? Atau waktu pembagian hati, kamu memilih memiliki yg paling tabah sendiri? Curang deh kamu, Mbak Nit.
Dimana pun kamu membaca ini mungkin kamu akan ketawa geli melihat ada satu biji manusia yang begitu iri melihat ke-unbreakable-an mu. Bukannya ingin menandingi, malah ingin memaki ketabahan yg terlalu hakiki. Bukankah halal saja menangis di pundak orang lain? Atau sekali saja meledak-ledak karena sabar sudah terlalu sepele? Tapi kamu lebih memilih jadi Mbak Hana yang cuma ada di tipi. Sekali lagi, cuma ada di tipi.
Jadi sudah sampai mana kamu sekarang?
Semoga beberapa hari lalu menginjak angka 22 tak menjadikanmu semakin jadi kayak Mbak Hana yang tangguh--atau mati rasa? Mungkin ulang tahun cuma pengingat yg di ulang-ulang kalo kita bertambah tua, bertambah bijak, tapi nggak harus selamanya sok kuat. Kamu penanda kalo masih aja ada orang macam Mbak Hana di kehidupan, selalu saja bikin aku senewen sekaligus ketawa. Mungkin bagimu F aksi akan selalu sama dengan F reaksi, ya? Bagimu, diluar yang kita tahu mungkin banyak doa meluncur tak sengaja, banyak amin di ujung pengharapan, dan banyak tangan yg sembunyi-sembunyi membantu. Sebagai balasan atas doa, amin, dan tangan kita di masa lalu. Kamu adalah alasan untuk selalu menertawakan diri sendiri, ketika rasanya pingin nangis cuma gegara masalah secuil.
Selamat ulang tahun ya, Mbak Nit. Tugasku cuma sebatas mengucap amin atas apa yang selama ini kamu usaha-doa-ikhtiarkan. Selebihnya sebagai penggembira kalo kamu berhasil, atau yang siap kasi pukpuk gratis kalo kamu lagi nangis meringis, itu pun kalo kamu cukup bisa mengabaikan gengsi mengadu ke orang lain. Sukses untuk cita dan cinta. Aminaminamin.
Ratusan kata ini bukan prosa, puisi, atau karangan. Cuma sekedar ucapan yang diselingi sindiran, nyinyir memang, tapi toh sempat membuatmu tertawa. Cuma ngingetin, Mbak Hana cuma eksis di tipi, jangan kamu mengadu peran di sini. Sekali-kali boleh lah berdamai dengan sakit hatimu sendiri. Happy (belated) Birthday. Have a blessed year ya, Mbak Nita ♡ ({}) *smooch*
Surabaya, 25 November 2014
Yang masih saja belum bisa memahami ketabahanmu,
Uchiks
Yang masih saja belum bisa memahami ketabahanmu,
Uchiks
Foto ngepet dari pesbuknya Mbak Nita |