Elegi Kemarin
December 24, 2013
Minggu malam merajam ngilu
Asanya telah putus
Rautnya pilu menyayat kalbu
Isaknya masih saja bergemuruh
Kelabu itu tak juga pudar
Impian membeku dalam bayangan
Tubuhnya tergoncang bergetar
Ambruk dalam kesepian
Baru kemarin ia menangis
Erangnya sesekali miris
Lekat - lekat memandang gerimis
Ah, ia memang pesimis
Jemarinya meraba luka
Amuknya tiada berguna
Ringkihnya dalam tiap doa
Sayup - sayup menggema jera
Tuhan sungguh tak pernah pergi
Esa bersemayam dalam tiap hati
Gembiralah dalam pedih
Ah, tanda Tuhan masih merangkul kami
Nafasnya masih terus mengalir
Otaknya masih mampu berpikir
Asanya telah putus
Rautnya pilu menyayat kalbu
Isaknya masih saja bergemuruh
Kelabu itu tak juga pudar
Impian membeku dalam bayangan
Tubuhnya tergoncang bergetar
Ambruk dalam kesepian
Baru kemarin ia menangis
Erangnya sesekali miris
Lekat - lekat memandang gerimis
Ah, ia memang pesimis
Jemarinya meraba luka
Amuknya tiada berguna
Ringkihnya dalam tiap doa
Sayup - sayup menggema jera
Tuhan sungguh tak pernah pergi
Esa bersemayam dalam tiap hati
Gembiralah dalam pedih
Ah, tanda Tuhan masih merangkul kami
Nafasnya masih terus mengalir
Otaknya masih mampu berpikir
0 comments